Featured

Saat pikiran manusia berantakan

Saya mau curhat saja. pagi ini tidak ada yg bisa saya bagikan seputar programming. bukan tidak ada yg bisa, tapi tidak bisa. pikiran saya sangat penat. beberapa hal mesti saya pikirkan.

bermula dari beberapa tahun lalu. cengar-cengir seorang kawan. masih ingat di dalam otak saya. mengubah arah kemana saya melangkah. itu satu dosa. berfikir ingin menguasai. berfikir bagaimana mencari uang yang banyak. berfikir bagaimana menjegal. bermula dari cengir manisnya.

dia tidak salah. dia hanya sedang mencari jalan. yang salah adalah saya. saya mengijinkan diri saya menuruti ambisi saya.

kini, saat ini, saya sedang butuh pertolongan. saya saat ini tak jarang bangun siang. bahkan, saya pernah bangun jam 3 sore. tak ada ibadah dari semenjak saya tertidur. saya membenamkan diri pada dosa. tak ada getaran dalam hati di saat menyebut nama Allah. tak ada kerinduan saat disebut nama Rasulullah. aku merindukan rindu itu.

 

apa dosa saya ?

itu yg saat ini saya pikirkan. mencoba mencari kesalahan diri. membuat list dan hingga detik ini belum saya temukan. bukan tidak ada dosa yang berhasil saya temukan, namun saya seakan harus menemukan satu dosa yang menjadi biangkeladi dari tumpukan dosa yang saya lakukan ini.

 

pagi semuanya.

 

Harapan baru, mengenang 2019 untuk menata 2020-ku

Perjalanan hidup terkadang membuat kita tertegun-tegun. Tahun 2018, tahun cintaku bersemi. Tahun 2019, tahun keluarga miniku belajar mandiri dengan mode bertahan. Tahun ini, 2020, aku sudah tahu cara bertahan. Waktunya belajar untuk expansi. 2020, awal aku bertekad menuai mimpi.

Hari ini hari sabtu tanggal 4 Januari 2020. Masih mengenang 2019. Aku sangat excited dengan 2019. Ada banyak hal yang yg berhasil dituntaskan di tahun 2019. Banyak sekali syukur-syukur yang Allah paksa untuk keluar dari mulutku dengan cara melimpahan nikmat yang bertubi-tubi.
Teringat, di suatu pagi, istri tercinta memasak masakan yg baru ia pelajari. Dengan wajah kwatir, dia sesekali mencicipi masakannya. Lalu sedikit menggerakkan bibirnya, terlihat seakan dia mengingat suatu rasa yg pernah ia cicipi. Lalu seakan diabaikan saja apa yg dicicipinya, ia melanjutkan memasak. Perlahan, saya meninggalkannya. Sembari tersenyum penasaran, bagaimana nanti masakannya. Lalu kembali ke meja kerja.

Sayu-sayu perlahan wangi bumbu mengusik hidung. Lalu, terlihat wajah penasaran ada di sampingku. Eh!, aku mengalihkan fokusku dari layar monitor tepat ke wajahnya. Lalu ia menyodorkan sesuap nasgo dan sebuah isyarat untuk mencicipinya. Ku raih, sembari menggulung-gulung dan meniupinya. Panas. Nasgornya baru saja dari wajan.

Setting reverse proxy di IIS

  1. Pilih subdomain-nya
  2. Klik 2 kali Url Writer
  3. Klik Add rules
  4. Pilih reverse proxy
  5. Masukkan localhost:8080 pada Inbound
  6. centang checklist outbound
  7. From samakan dengan point 5(localhost:8080)
  8. Pilih subdomain sesuai point 1.
  9. Naikkan rules inbound yg baru kita bikin\
  10. Klik 2kali inbound tersebut
  11. Ubah patters jika menggunakan versioning. contoh: v1/(.*)

PERBEDAAN MUDIK DAN PULANG KAMPUNG

Perbedaan mudik dan pulang kampung adalah kalau mudik kita pulang ke kampung kita berasal. Sedangkan kalau pulang kampung, adalah mudik ke kampung halaman kita. Apakah sama? Tentu berbeda. Bedanya dimana? Bedanya terletak di otak kita masing-masing. Apakah otak kita ada isinya atau tidak. Itu saja.

Salam waras!

Kita bangkitkan perekonomian tukang becak saja deh. Daripada ….

(neo)VIM GUIDE for me and The Ugly Go Programmer

Saya lagi belajar make vim. πŸ˜€ Tahapannya adalah sebagai berikut:

  1. Uninstall nano!
  2. Di vim ada mode insert dan mode normal (pelajari ini)
  3. Pastikan bisa keluar dari vim. cari aja di google gimana cara keluar. πŸ˜€
  4. Gunakan navigasi ala vim (H,J,K,L, W, B dll) (lakukan dengan mahir dengan cara praktek berulang ulang/lakukan selama beberapa hari tanpa arrow key).
  5. Install NERDTree dan biasakan menggunakannya
  6. Install pluggin go di vim. cek ke sini : https://octetz.com/docs/2019/2019-04-24-vim-as-a-go-ide/
  7. Lakukan secara berulang-ulang(at least 1 bulan tanpa menggunakan editor apapun). Hingga sampai ada dibawah sadar.

Menginstall Vim di vps Debian 10 dari Source Code

  1. Install dependencies
sudo apt install libncurses5-dev libgtk2.0-dev libatk1.0-dev \
libcairo2-dev libx11-dev libxpm-dev libxt-dev python-dev \
python3-dev ruby-dev lua5.1 liblua5.1-dev libperl-dev git
  1. Pastikan membuang vim yang ada
sudo apt remove vim vim-runtime gvim
  1. Clone repository
cd ~
git clone https://github.com/vim/vim.git
  1. Configure
cd ~/vim
./configure --with-features=huge \
            --enable-multibyte \
            --enable-rubyinterp=yes \
            --enable-python3interp=yes \
            --with-python3-config-dir=$(python3-config --configdir) \
            --enable-perlinterp=yes \
            --enable-luainterp=yes \
            --enable-gui=gtk2 \
            --enable-cscope \
            --prefix=/usr/local
  1. make
cd ~/vim
make VIMRUNTIMEDIR=/usr/local/share/vim/vim82
  1. make install
cd ~/vim
sudo make install

DONE!

2 Januari Mulai kerja

Awal tahun, 2 Januari ini. Pagi ini saya mulai bekerja. Ngecek-ngecek pekerjaan tahun lalu. Mungkin ada sisa pekerjaan. Pura-pura ngecek. Sebenernya sudah tahu banyak sekali sisa pekerjaan. Hahaha…

Akhir tahun lalu, saya menerima pekerjaan sebagai freelancer sebuah perusahaan. Ada banyak task yg belum selesai. Hari ini ingin saya selesaikan. Namun, sepertinya banyak sekali pekerjaannya. Sepertinya sih, akan lembur ini. πŸ˜€

Pagi ini, lantai kantor saya basah. Tadi malam hujan. Tepat di atas saya duduk saat ini bocor. Pekan lalu, juga bocor. Saat itulah saya tahu kalau rumah ini bacor. Banyak sekali bocornya. Hampir semua ruang bocor. Hanya kamar utama yang tidak bocor.

Rencananya, saya akan pindah. Sangat beresiko jika tidak pindah. Banyak barang-barang elektronik milik perusahaan saya. Mulai bor, printer hingga leptop. Dan banyak colokan sana-sini. Sangat berbahaya jika melanjutkan di rumah ini. Jadi, kami memutuskan memutus kontrak rumah ini.

Rencana ingin pindah ke probolinggo. Namun entah dimana Allah akan kasih.

Tahun 2020, mengenang 2019-ku.

Assalamu alaikum.

Kembali blogging di tahun 2020. Rencana blog ini akan lebih serius saya isi. Isinya apa saja. terserah. Yang penting saya menulis. ignore it jika dirasa sampah. gak perlu ngegas.

Banyak sekali hal yang terlewatkan pada tahun 2019. Dan banyak pula hal-hal yang telah dicapai. Namun, saya lebih fokus ke beberapa hal yang saya lewatkan.

Tahun 2019, saya kira ibadah saya sangat kurang. bahkan bisa dibilang, sangat-sangat kurang. Ibadah saya seperti hanya yang penting wajibnya terpenuhi. lebih dari itu, saya seakan tidak perduli.

Lain lagi pengetahuan agama. Bisa dibilang sangat minim. Mungkin ini adalah hal terburuk yang saya jalani di tahun 2019. Bisa dibilang sangat tidak ada penambahan ilmu agama sama sekali. Baik itu ilmu tentang islam, iman maupun ihsan. Intinya boncos waktu banyak.

Penjagaan omongan. Tahun 2019 tahun politik. Saya tidak mendukung salah satu dari calon. Makanya saya mendukung calon yang lain. Ada banyak kekecewaan di tahun politik ini terhadap tokoh-tokoh politik. Imbas itu, kontrol diri untuk tidak ‘misu' sama sekali tidak bisa diandalkan. Misu everywhere!. Semangat!. Nah, semangat inilah yang akan menjadi ladang amal buruk. Jadinya saya misu kemana-mana. OK, di tahun 2020, ini mesti ditangani.

Pengelolaan waktu. Nah, ini kacau balau. Banyak penjadwalan pekerjaan yg bertumpang tindih. Semangat menggebu mesti dikelola dengan baik. Agar tak terlalu berlebihan, mesti ada batasan maksimal penggunaan atau pengalikasian waktu.

Kepedulian sosial. Nol. Saya tak terlalu memperdulikan lingkungan sosial. Mungkin saya mesti bersosial lebih baik lagi. Kayaknya tidak untuk 2020 deh untuk ini. Nantilah. πŸ˜€

Pekerjaan. Banyak sekali pekerjaan terpaksa saya tolak. Ada gap antara skill dan kebutuhan pasar. Ok, tahun ini gap ini akan saya perbaiki. Ini akan menjadi perhatian khusus di tahun 2020 ini.

Lalu, ada apa dengan 2020?

Idealnya sih, saya pergi ke pengajian setiap pekan minimal 1 kali, ikut kursus, rajin ke mesjid dan rajin bantuin-bantuin orang lain. tapi entahlah.

The simplest way buat CI/CD-an dengan gitlab

sisi server:

  1. install docker
  2. install gitlab-runner

di code:

  1. buat Dockerfile

di gitlab.com:

  1. buatlah 1 file, pilih jenis .gitlab-ci.yml lalu pakai template docker. langsung commits.
  2. buka setting>ci/cd>expand pada runner. catet tokennya.

kembali ke server:

  1. jalankan gitlab-runner register
  2. masukkan token ketika diminta. lainnya ikutin aja. oia, kalau diminta mau pakai apa buar executor, paling aman sih pakai shell.
  3. Done!

kalau emang butuh multiple repo, bisa pakai trik docker-compose. syaratnya di server sudah terinstall docker-compose. ya, gitu aja. πŸ˜€

Serial 10 hari menjelajahi Jogja. Perjalanan Dari Rumah Ke Jogja.

cihuy, kami udah di jogja. hihi….

Tadi malem kami berdua sudah sampai di Jogja. Dijemput adik sepupu yang lagi kuliah di kota ini. Kami langsung ke kosan yang sebelumnya telah dicariin oleh sepupuku itu. Kosannya cukup nyaman. Sedikit luas dan kamar mandi di dalam. Sudah sangat cukuplah buat backpacker kami. Dan murah pastinya. B-)

Rencananya, kami akan berlibur di kota ini selama 10 hari. Sengaja kami meluangkan waktu yang cukup panjang, agar bisa menjelajahi satu-persatu objek wisata di provinsi ini. Emang sih, gak bakalan cukup kalau untuk disamperin semua. Namun insyaAllah cukup puas untuk liburan panjang kali ini. πŸ™‚

Kami berangkat dari rumah (Maron, Probolinggo) sekitar jam setengah tujuh pagi (30 Juni 2018). Kami ingin sampai di jogja sorean. Kami minta antar kakak ipar saya buat dianterin ke Terminal Probolinggo. Kami bener-bener gak sabar untuk sampai di Jogjaaaa…. πŸ™‚

Dan ternyata, kakak ipar saya yang lain mau ke Surabaya. Jadilah kami nebeng beliau ke Surabaya. πŸ˜€ Itung-itung penghematan budget, hihiii…

Kami sampai di Terminal Bungurasih Surabaya kemarin jam 10-11an. Kami sempat ke toilet terminal. Toiletnya relatif bersih. Nyaman buat kami yang kadang sangat risih ke toilet karena kurang bersih. Selepas dari toilet, kami langsung menuju ke ruang tunggu utama. Kami langsung naik eskalator menuju ke jempatan penghubung ruang tunggu dan peron-peron bis.

Sesampainya di lorong selektor peron, kami sedikit kebingungan. Karena kami tidak melihat lorong untuk peron bis jurusan Jogja. Kamipun berkonsultasi ke petugas yang sedang membantu pengunjung yang minta difotoin. Tidak lama kami menunggu petugas asik memfoto, kamipun ditunjukkan nomor peron bis jurusan jogja. Dan ternyata, peron bis Jogja melewati jembatan penghubung selanjutnya. Peron bis untuk jurusan Jogja bernomor 20 untuk bis patas dan nomor 18 untuk bis ekonomi. Kami pun bergeges ke jembatan penghubung selanjutnya. Dan benar, kami menemukan penunjuk arah ke peron bis Jogja.

Dari kejauhan kami menemukan peron yg dimaksud(peron 20), kami mantap menjuru peron tersebut. Dalam perjalanan ke peron, kami ditawari oleh karyawan-karyawan bis untuk memilih peron lain. Kami tak bergeming. Kami tidak akan tergoda dengan tawaran “bis bertoilet harga sama” atau apalah dari mereka. Kami kwatir kalau mengikuti mereka, kami jadi sasaran empuk para calo gak bertanggung jawab. Kami tetap menuju peron 20. Sesampainya di peron 20, bis jurusan Jogja telah parkir. Kami kenali bis ini bis PO. Eko. Kami tanyakan ke petugas bisnya, memastikan bis yang akan kami naiki bertujuan Jogja. Petugasnya mengiyakan, dan kamipun naik dengan penuh semangat. πŸ™‚

Di dalam bis, kami langsung mencari bangku kosong jejer 2. Saya kwatir jika nantinya ternyata harus beda bangku dengan istri. Kan gak asik. :-D. Dan ternyata benar, kami tidak kebagian bangku kosong jejer 2. Kami Sedikit kwatir. Dan Alhamdulillah, mas-mas yang menempati kursi kosong jejer 2 terakhir, mengerti kekwatiran kami. Dia pindah ke bangku depan. Mengalah kepada kami. Dan kekwatiran kamipun plong. “Makasih mas”, sapa senangku ke mas-mas tadi. πŸ™‚

Hanya beberapa menit di dalam bis, bisnya pun berangkat. Memang, ketika bisa kami naiki, bisnya sudah relatif penuh. Mungkin kami penumpang yang terakhir yang dibawa dari terminal.

Bis Eka menurut kami cukup enak. Klaim dari perusahaan ini, bis ini adalah bis executive. Namun, jangan bayangkan seperti bis executive seperti Pahala Kencana, Lorena atau sejenisnya. Ini bis executive bangku 2-2 dengan jumlah penumpang 42. Ini hanya bis patas biasa. Yang sudah jauh lebih baik dari bis ekonomi. Berbeda dengan Pahala Kencana yang benar-benar executive. Dengan armada bis EURO3, EURO4 atau bahkan EURO5.

Bis melaju tidak terlalu kencang. Lalulintas di Surabaya-Gresik kemarin cukup padat. Sekitar 1 jam atau lebih, kami dikagetkan dengan sedikir kejadian pada bis yang kami tumpangi. Bis yang kami tumpangi menghindar dari mobil box yang telah mencium truk pengangkut semen. Dan tak ayal, bis kami menyenggol motor yang ada disamping kiri. Dan saya yang kebetulan melihat ke arah depan bis, kaget. Bis mengarah ke tembok seberang got. Bis mampu berhenti dengan baik tanpa harus ada yang terluka. Dan kami selamat dan bisnya pun tidak kenapa-kenapa.

Sopir bis dan kondektur turun. Saya intipin ke bawah/luar bis, sepertinya terjadi cek-cok antar beberapa orang. Kami sedikit cemas. Semoga tidak ada apa-apa dalam perjalanan liburan kami. Kami menunggu cukup lama. Penuh harap bisnya cepat berangkat. Selang beberapa menit berlalu, pak sopirnya masuk. Dan bispun berangkat.

Taklama bis berangkat, bisnya berhenti kembali, tepat di depan spbu. Pak sopir dan kondektur turun lagi. Entah kemana. Taklama kemudian, mereka berdua naik lagi. Lalu berangkat lagi. Kamipun lega. Kami meyakini, perjalanan akan berlanjut dan aman. Daaannn…, bisnya berhenti kembali. Pak kondektur memberikan pengumuman yang membuat kami sedikit kwatir. Kami akan dipindah-bis-kan. Hampir semua penumpang menggerutu. Dan sepertinya semua pada mengerti. Kamipun turun bis.

Sekitar jam 12 siang lebih kami harus ganti bis. Panas yang kami rasakan pas keluar bis. Mengernyitkan dahi. Terik Matahari seakan tidak peduli, betapa kami kepanasan karenanya. Kami terus mengernyitkan dahi. Tidak ada tempat berteduh. Kalaupun mau dipaksakan, kami bisa saja berteduh disamping bis yang baru kami tumpangi. Namun, kami tetap memilih berjemur. Kami kwatir, ketika bis datang, kami harus berebut kursi. Kami masih mengernyitkan dahi.

Setelah sekitar 10 menitan, ada bis Eka yang datang dan memperlambat laju. Bis ini sudah terisi penumpang penuh. Penumpang yang sedang menunggu melihat bis yg baru datang langsung kecewa. mereka pada mengeluh. Kenapa bis penggantinya sudah terisi penumpang lain. Dan ternyata, bis Eka yang baru datang hanyalah menyapa saja. Dan tidak berhenti. Si bus langsung melanjutkan perjalanannya.

Kami terus mengernyitkan dahi. Bis pengganti tak kunjung datang. Setelah sekian lama, akhirnya bis yang kami tunggu terlihat dari kejauhan. Terlihat menyalakan lampu sein kiri dengan laju yang melambat. Terdengar beberapa penumpang senang dengan kedatangannya. Bisnya berhenti pas di belakang bis yang tadi. Kami pun naik secara berebutan. Namun, ada inisiatif penumpang yang bilang kalau bangkunya sesuai dengan bangku sebelumnya. Kami pun naik dengan lebih tenang. Beberapa penumpang yang terlanjur berebut kursi depanpun diminta pindah ke kursi awal. Dan kami berduapun tak jadi berebut kursi depan. Dan dengan senang hati kembali ke nomor kursi sebelumnya. Dan bispun berangkat.

Bis baru interiornya sedikit lebih nyaman. Sepertinya bisnya lebih baru. Namun sayang, getaran bisnya sangat terasa dibanding bis awal. Bis melajut kencang. Selepas di ngawi(entah apa masih di ngawi), bis berhenti di warung makan Duta. Kami pun turun. Kami baru sampai di ngawi sekitar jam 4 sore. Meleset jauh dari harapan kami yang bela-belain berangkat pagi sekali.

Sesampainya di dalam warung, kami langsung memesan makanan. Rupanya bus Eka memiliki pelayanan makan siang yang lebih variatif daripada bus Executive sekelas Pahala Kencana atau Bejeu sekalipun.Β  Ada beberapa menu yang dapat kami pilih. Di kartu makan ada sekitar 5 menu dan ditambah dengan 2 menu tambahan dari warung makan Duta. Kami berdua memilih makan siang yang berbeda. Istri memilih ayam panggang, saya memilih gule kambing.

Kami menunggu sajian cukup lama. Akhirnya kami memutuskan ke toilet dan shalat secara bergantian. Saya pergi ke toilet terlebih dahulu. Istri menjaga barang-barang. Toilet di warung makan ini cukup bersih. Setelah ke toilet, saya langsung shalat dzuhur dan ashar. Selepas itu, saya kembali ke meja makan. Rupanya hidangan sudah tersaji. Saya pun bergabung dengan istri. Menyantap hidangan yang lebih baik dari hidangan bis-bis executive lain yang pernah saya naiki. Rasa panas kuah, sangat menggugah lidah dan tenggorokan. Rasa capai dan lapar seakan langsung sirna seketika. Apa lagi saya dapat sumbangan nasi dari istri yang katanya dia sudah kenyang. Sumbangan yang sangat membantu. πŸ˜€

Selepas makan, giliran istri ke toilet dan shalat. Karena istri pakai sepatu kain, kamipun bertukar alas kaki. Istri membawa sendal saya, saya menjaga sepatu kain etniknya. Sayapun menunggu. Bosen? sama sekali enggak. Karena beberapa menit setelah istri masuk, pak kondektur menyapa. Katanya bisnya sudah mau berangkat. :-D. Bukannya bosen, saya langsung panik. Saya susul istri ke toilet. Dan bilang untuk dipercepat. Istri mengiyakan. Dan saya kembali ke pak kondektur. Bilang kalau istri sedang shalat. Pak kondekturpun mengangguk. Sepertinya tidak masalah kalau sedikit menunggu. Sayapun balik ke meja makan, beres-beres barang-barang.

Tak lama kemudian istri muncul dari lorong Mushallah. Menurut saya sih sebentar. Saya tanyakan apa sudah Shalat?. “Sudah, kan cepat!(shalatnya di jamak qashar)”, jawab istri sembari tersenyum. Kami pun bergegas ke bis dan kembali duduk di kursi awal.

Bis kembali melaju kencang. Dan getarannya terasa semakin kencang pula. Arus lalu lintas sesekali macet. Biasanya macet ketika ada lintasan kereta api atau persimpangan lampu merah. Setelah sekian jam, saya bis akhirnya sampai di terminal klaten. Sayapun menghubungi sepupu. Saya ngabarin kalau sudah di klaten. Rencananya, memang kami akan di jemput di terminal Giwangan Jogja. Menurut sepupu, dari terminal di Klaten ke Giwangan sudah sebentar lagi. Dia minta untuk dikabari kalau sudah di Jl. Janti. Dia akan berangkat menjemput setelah kami sampai di Jl. Janti. Setelah menutup telepon, saya langsung mengecek jarak tempuh ke Jl. Janti menggunakan GoogleMaps. Tertera jam 21.32 kami akan sampai di Jl. Janti. Sayapun mengeset alarm jam 21.30.

Tepat jam 21.30 alarm berbunyi. Dan pak kondektur memberi tahu penumpang yang mau turun di Janti untuk siap-siap. Yes!, sudah mau sampai di Jl. Janti, pikir saya. Saya merogoh tas saku. Mengambil hape. Dan bisnya berbelok ke Jl. Janti. Lalu berhenti menurunkan penumpang. Saya pun menyalakan hape. Lalu menelpon sepupu. Memberi kabar kalau sudah di Janti. Dan bis pun kembali melaju.

Sekitar dua belas menitan selanjutnya, bis masuk ke terminal Giwangan.Β  Lalu berhenti di peron penurunan penumpang. Kamipun bergegas turun. Sesampainya dibawah, kami ditawari tumpangan oleh para ojek dan sopir taksi. Kami bergeming, langsung keluar terminal dari pintu masuk bis. Cukup jauh keluar terminalnya. Terlihat ada masjid di seberang jalan. Kami mengobrol gimana kalau kami ke mesjid saja dulu. Sembari menunggu sepupu, kami bisa istirahat dan sholat, pikir kami pas itu. Kami terus berjalan keluar terminal. Sesampainya di luar, ternyata sepupuku sudah menunggu. Kami bertegur sapa ringan. Sepupu-ku berdua dengan temennya. Kami mengira dia bersama adiknya. Dan kamipun berangkat menuju kosan yang telah disediakan oleh sepupuku itu.

 

Oia, udahan dulu. Istri sudah selesai mandinya. Kami akan melanjutkan liburannya dulu. πŸ™‚

 

Mengurus sertifikat tanah, murah?

Assalamu ‘alaikum…., selamat pagi…, shabahal khaiiir.., good morning…, kali ini saya mau berbagi cerita mengajukan sertifikat tanah ke BPN. Yuk simak baik-baik.

Beberapa bulan lalu, saya baru saja menikah. Dan rencananya saya selanjutnya menetap di rumah istri. Bahagia saya. πŸ˜€ Buat yang belum menikah, cepetan menikah!. πŸ˜€

Nah, karena status saya sudah berubah, saya berencana mau membuat KK baru. heemmm…, saya mengajukan diri ke rezim pemerintah sekarang untuk diakui sebagai kepala keluarga. Nah, setelah segala perlengkapan untuk pengajuan menjadi kepala keluarga lengkap dari desa dan kecamatan, pergilah saya (bareng Istri tercinta) ke kantor capil kabupaten. Tepatnya capil Probolinggo. (untuk proses pengurusan kependudukan, saya mau cerita di lain postingan). Relatif sepi. Saya hanya mengantri 1 orang di depan saya. Lega.

Setelah selesai urusan KK di Capil Probolinggo, saya jadi teringat ke sawah abah saya yang belum punya sertifikat tanah. Hemm.. :-).Β  Langsung terpikirkan untuk mengurus sertifikat tanah abah. Dalam pikirku, urusan tanah ribet. Tapi pasti bisa. Tanah milik abah, masak tidak bisa diurus sertifikatnya. Oia, pengurusan tanah milik abah telah dilakukan berkali-kali oleh pihak desa. Namun hasilnya nihil. Telah diurus oleh banyak kepala desa. Setiap pergantian kepala desa, bisa dibilang semuanya minta jatah bayaran mengurus sertifikat tanah itu. Dan sampai saat ini, belum berhasil juga. Inilah yang membuat saya penasaran. Letak permasalahannya ada dimana. Kenapa tanah abah tidak dapat disertifikasi. Pasti bisa!. Pikirku waktu itu.

Saya mencoba berdiskusi ke Istri, menawarkan untuk tidak langsung pulang. Bilang kalau saya masiih mau mampir ke kantor pertanahan. Istri rupanya senang. Raut wajahnya membuatku suka melihatnya. Tanpa ragu, saya bertanya dengan orang-orang yang ada di sekitar lingkungan kantor capil. Dimana letak kantor pertanahan?. Beberapa orang menunjukkan kantor pertahanan ada di sebelah parkiran kantor capil. Yes!. Tidak harus kemana-mana. Saya dengan istri lansung ke kantor yang ditunjukkan oleh orang-orang.

Sesampainya di depan kantor, saya mulai merasa aneh. Kantor pertanahan sepi. Sepi sekali. Terlihat beberapa pot bunga. Kursi tunggu yang sepertinya jarang diduduki. Seperti tidak ada aktifitas sama sekali. Saya menoleh ke istri dengan perasaan aneh. “Kok sepi ya, biasanya pertanahan itu ramai”, ucap saya merasa aneh. Ku intip orang-orang dari pintu utama sembari mengucapkan salam. Dari kejauhan terdengar orang menjawab salam saya. Hem, ternyata ada orang. Kutunggu di luar pintu utama. Tak ada yang keluar. Dengan perasaan sungkan, saya mengintip dari balik daun pintu. Yassalaaamm…., orang yang menjawab salam saya, dia duduk berdua di lorong kantor. Mereka asik mengobrol. Tanpa ada sedikitpun tanda-tanda akan keluar menemui kami, tamunya. Membuang semua sungkan, saya lansung menghampiri mereka berdua. Menemui mereka berdua.

“pak, di sini kantor pertanahan?”, sapaku langsung ke topik pembicaraan. Satu orang dari mereka mengiyakan. Satunya lagi asik dengan telepon genggamnya. Cuek dan seperti tidak peduli dengan orang lain(mungkinkah saya seperti itu ketika memegang telepon genggam?). Lalu kami berdiskusi perihal saya ke kantor ini. Saya ungkapkan keinginan saya untuk membuat sertifikat tanah. Kedua bapak-bapak bingung. Mereka mengatakan kalau kantor ini tidak mengurus sertifikat tanah. Sayapun memastikan kembali, apakah kantor ini adalah kantor pertanahan. Mereka mengiyakan. Saya katakan, urusan sertifikat tanah, adalah urusan kantor pertanahan. Mereka mulai tidak yakin. Setelah beberapa saat berfikir, sungguh ajaib hasil maha karya pemikiran mereka. Mereka menyarankan ke dinas perijinan. Allah kariiimm…., sayapun mulaiΒ  menyerah. Dengan wajah kecewa, saya ungkapkan, saya tidak sedang minta surat ijin sesuatu. Saya sedang ingin berniat mengurus sertifikat tanah.

Mereka berdua masih berdiskusi. Alhasil, mereka menyuruh kami berdua masuk ke suatu ruangan. Ternyata kantor ini luas. Sesampainya di tengah ruangan, saya ditemui oleh bapak-bapak lain. Beliau mempersilahkan masuk. Lalu, kami berdiskusi tentang maksud saya datang ke kantor ini. Bapak ini langsung menjelaskan, benar kantor ini adalah kantor pertahanan. Namun, kantor ini khusus untuk pengurusan tanah-tanah yang bukan tanah pribadi. Tepatnya, tanah-tanah milik negara atau tanah umum seperti sekolah dan lain-lain. Akhirnya saya pun sadar, ternyata saya salah masuk kantor. πŸ˜€ Tanpa melanjutkan diskusi lebih lanjut, saya mencoba menutup perbincangan dengan menanyakan letak kantor pertanan yang mengurus sertifikat tanah pribadi. Beliau menjelaskan rute-rutenya. Sayapun mencoba mengingat-ngingat rute yang beliau sampaikan. Lalu kamipun pamit.

 

[bersambung]